Selasa, 31 Maret 2015

Cerita Nasehat Uswa

Karya : Eva Safitri Yuliana

Pada suatu hari Uswa dan anak anak didiknya sedang melihat film kartun di rumah Uswa. Setelah itu, anak anak didiknya Uswa bermain pocong pocongan. Lalu, tiba tiba muncullah sebuah ide dari otak Uswa.
“aha” (menemukan ide)
“hei, jangan bermain kayak gitu. Kalian tau nggak, ntar malem pas kalian tidur. Kalian di datengi ma pocongnya. Karna kalian dah berani beraninya niru gaya si pocong. Terus, ntar kaki kalian di iket pakek talinya si pocong” (wajah serius)

“hiiiii” (ketakutan. Lalu bersembunyi di balik Uswa)
Lalu Uswa pun bertanya
“knapa kalian ketakutan? nggak usah takut. Toh nanti ketika kita meninggal, kita juga akan di bungkus seperti pocong.
(mereka semakin ketakutan dan menangis)
“hei, ngapain nangis? gini deh sekarang, mbak Uswa mau cerita. Dengerin”
Mulai bercerita
“Kalian sayang tidak sama Ibu dan Bapak?”
Mereka hanya diam sambil menangis
“ingat. jangan pernah kalian sekali kali menyakiti hati orang tua. Terutama Ibu. Kalian tau tidak, kalau ibu itu sangat berjasa dalam hidup kita. Terkadang seorang ibu harus memilih antara dia yang hidup atau anaknya. Tapi sang ibu lebih memilih kelahiran sang anak. Karna apa???? Sang ibu ingin anak itu melihat dan merasakan kehidupan di dunia”
Semakin hening suasana. Hanya ada isak tangis dari anak anak didik Uswa
“jika sekali saja kalian membuat mata seorang ibu meneteskan air mata. Dan ibu kalian tidak terima, tidak akan memaafkan kalian. Maka, kuasa Allah akan terjadi. Makam mu, jasad mu tidak akan di terima Allah. Karna Ibu mu masih belum memaafkan mu. Naudzubillahimindzaliq.”
“Coba kalian bayangkan! Bagaimana kalau saat ini juga orang tua mu dipanggil oleh Allah SWT. Menyesalkah kalian??? Pasti sangat menyesal.”
“Mbak Uswa dulu juga begitu. Suka membangkang, membentak ibu. Tapi ketika Ibu pergi. Mbak Uswa baru menyesal. Andai ibu masih disini pasti Uswa tidak akan durhaka lagi. Tapi apa daya. Semua itu tidak bisa diputar.”
“Kalian kan masih lengkap orang tuanya. Jadi, jangan membangkang ya kalau di kasih tau orang tua. Ntar kalau kalian di tinggal pergi orang tua kalian. Kalian nggak ada yang masakin, ngasih uang jajan. Kayak mbak Uswa. Tiap pagi, sarapan buat sendiri. Kadang malah nggak sarapan. Kadang mbak Uswa nggak jajan di sekolah. Karna apa? mbak Uswa menyadari kondisi keuangan Bapaknya mbak Uswa. Jadi, sayangilah kedua orang tu kalian. Jangan membuatnya sakit hati. Apalagi sampai menangis.”
Kurang lebih setengah jam Uswa bercerita. Akhirnya, mereka pun menangis di pelukan Uswa. Lalu Uswa pun mengambil foto ibunya.
“Ibu, Uswa kangen sama ibu” (mencium foto sang ibu lalu memeluknya”
“Kalian kalau kangen sama orang tua kalian. Kalian bisa memeluknya. Kalau orang tua kalian sedang bekerja. Kalian bisa telfon. Nah mbak Uswa. Suruh meluk mayat??? Hanya foto yang bisa mengobati rasa rindu mbak Uswa”
“Dah malam. Sekarang kalian pulang. Besok sekolah”
Mereka pun pulang ke rumah masing masing sambil menyisakan air mata.

0 komentar:

Posting Komentar