Karya : Eva Safitri Yuliana
Sahabat bukanlah orang yang sudah lama kita kenal. Aku
mendapatkan seorang sahabat ketika kami baru saja saling mengenal, misalnya
Maudy. Aku dengan Maudy baru saja saling mengenal ketika kami kelas 3 smp. Dan kedekatan
ku dengan Nia juga sama, baru ketika kelas 3 smp. Sedangkan dengan Putri, aku
sudah menganggapnya sahabat sejak aku kelas 1 smp, semester 2.
Aku memilih mereka sebagai sahabat ku, bukan lantaran mereka anak orang kaya. Tapi aku memilih mereka lantaran aku nyaman berada di dekatnya. Ketika di dekatnya, aku selalu merasa bahagia. Aku dapat melupakan masalah ku lantaran ada mereka yang menghibur ku. Niat mereka memang tak menghibur ku. Tapi, dengan aku melihat sikapnya, senyumnya, canda tawanya, dan banyolannya. Aku jadi ingin tertawa. Siapa saja yang melihat sifat unik dari mereka, pasti ingin tertawa.
Maka dari itu, sahabat adalah orang yang selalu mengerti
kita dalam keadaan suka maupun duka. Sahabat dapat memberikan kenyamanan,
kebahagiaan, serta keceriaan. Sahabat yang baik, adalah sahabat yang selalu
mensuport sahabatnya ketika sang sahabat dalam keadaan terpuruk. Bukan malah
meninggalkan sahabatnya.
Misalnya, ada 2 orang sahabat. Dia bernama Laila dan
Zahara. Mereka bersahabat sejak kecil. Ketika kecil mereka selalu bermain
bersama. Hingga dewasapun mereka masih saja bermain bersama, belajar bersama,
bahkan sekolah merekapun sama. Sampai pada suatu hari, orang tua Zahara
mendadak bangkrut. Ketika Laila tau bahwa Ayah si Zahara bangkrut dan jatuh
miskin, Laila pun meninggalkan Zahara. Dan sejak saat itu, mereka tak lagi
bersama.
Dari cuplikan kisah diatas, dapat kita simpulkan bahwa.
Pertemanan atau persahatan sejatinya tidak pernah mempermasalahkan materi. Mau
dia kaya, mau dia miskin. Kalau kita memang benar benar ingin menjalin
persahabatan, maka itu semua tak menjadi masalah. Ingat, jangan sekali kali
kamu meninggalkan sehabat mu lantaran dia jatuh miskin atau memiliki kekurangan
fisik. Kamu seharusnya mensuport bukan meninggalkannya.
Aku bersyukur pada Tuhan, karena telah memperkenalkan ku
dengan Maudy, Putri, dan Nia. Mungkin ini semua memang telah di rencanakan
Tuhan untuk ku. Karena, jujur. Selama kepergian ibu, hari hari selalu aku lalui
dengan air mata. Baik air mata yang ku teteskan itu karna keluarga ku, karna
teman ku, atau bahkan oleh kekasih ku. Kalau sahabat????? oh..jelas tidak. Kan
sahabat memberikan keceriaan, bukan air mata kesedihan. Ngomong ngomong soal
kekasih, memang aku punya kekasih??? hahahaha. Lupakan soal kekasih, karna
mulai sekarang aku tidak ingin mengenal cinta dulu.
Sebenarnya aku sedih karna sebentar lagi aku akan
berpisah dengan orang orang yang selalu membuat ku tertawa. “Tuhan, mengapa
perkenalan ini cukup sampai disini? Mengapa aku tidak kau beri sahabat seperti
ini dari dulu?” Tapi apa daya. Ada pertemuan pasti ada perpisahan. Tapi,
berpisah bukan berarti melupakan kan?
Aku menganggap Maudy, Putri, dan Nia adalah sahabat ku.
Tapi, apakah mereka juga menganggap ku sahabatnya? Atau mungkin Maudy, Putri,
dan Nia hanya menganggap ku seorang TEMAN???
Emmm.....oK fiks
0 komentar:
Posting Komentar