Senin, 23 Maret 2015

Cerpen: Penyesalan Sebuah Peristiwa

Karya : Eva Safitri Yuliana

Hai kenalin nama ku Eva Safitri Yuliana, biasa di panggil Ana. Setiap orang pasti mempunyai pengalaman yang mengesankan, bukan? Itu lah yang aku alami bersama seorang sahabat ku. Dia adalah Cindy.
Waktu itu, aku dan Cindy hendak pergi les di LP3I PATI. Awalnya kami naik motor sampai Alun-alun saja. Tapi, di tengah perjalanan kami menuju Alun-alun. Cindy mengajak ku bercanda.
“An, berani naik motor sampai LP3I?” tantang Cindy
Bukan Ana jika nggak berani menerima tantangan. Lalu kami berdua pun berangkat ke LP3I boncengan naik motor. Padahal kami masih menggunakan seragam sekolah. Tapi, karena aku anaknya nekat, jadi aku terusin aja.

Selama di perjalanan, Cindy slalu cemas. Cemas karena takut ada Polisi, cemas kalau terjadi apa-apa, cemas karena kami masih menggunakan almamater sekolah kami.
Sejauh perjalanan kami, belum ada rintangan apa-apa. Alhamdulillah.... Eits, tapi bukan berarti kita nggak dapat masalah ya... Ketika sampai di Trangkil, ban belakangan sepeda motor ku tiba-tiba goyang-goyang. Ketika aku lihat, ternyata bocor. Terpaksa kami mendorong motornya. Untunglah di depan ada bengkel. Lalu kami ke bengkel untuk mengganti ban motor. Mana aku pas itu nggak bawa uang. Untung aja ada Cindy, jadi Cindy deh yang harus bayarin. Setelah cukup lama kita menunggu, ternyata motor kami sudah selesai, dan kami pun melanjutkan perjalanan.
Setelah beberapa lama kemudian, akhirnya kami sampai tujuan. Ketika masuk kelas, ternyata kelas sudah di mulai. Untung aja, di sini nggak kayak di sekolah. Kalau di sekolah telat, pasti di hukum. Tapi disini tidak.
Pukul 18.00 kami keluar kelas, dan saatnya untuk pulang. Ketika sampai depan, aku bertemu Cindy.
“Hai Cin. Bareng nggak?”
“Nggak. Ana kalau naik motor kenceng banget kok.”
“Hehehehe... Iya deh aku pelan-pelan.”
“Nggak”
Cindy pun berjalan ke tempat di mana biasanya kami menunggu bis. Karena takut nggak dapet bis, aku pun menemani Cindy menunggu bis.
Setelah beberapa menit kemudian.......
“Ayo Cin pulang bareng aku. Sudah jam segini, mana mungkin ada bis.”
“Nggak. Sana lho pulang duluan”
“Cin... ayolah. Aku akan pelan-pelan. Tadi aku ngebut, supaya kita cepat sampai. Kalau aku tadi nggak ngebut, pasti kita akan telat lama.”
“Emm.... Tapi, pelan-pelan lho. Awas kalau ngebut.”
“Iya...iya”
Lalu, kami pun melakukan perjalanan pulang. Sesuai janji ku, aku pun menaiki motor dengan pelan. Tapi, tidak sepelan siput. Di perjalanan, Cindy banyak ngomelin aku.
“Lain kali jangan bawa motor lagi. Lihatkan tadi. Tadi tu karma. Karena kamu, bawa motornya tanpa seizin Ayah mu.”
“Iya...iya bawel. Maaf ya Cin..”
“Yaudah gak papa. Tapi jangan di ulangi lagi. Sumpah, ini baru pertama kalinya aku ngalamin hal seperti ini.”
“Hehehehe”
“Lhe, malah ketawa.”
“Sory Cin...sory”
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, akhirnya sampailah kami di Tayu. Dan Cindy pun turun di Alun-Alun. Karena Cindy sudah dijempu kakeknya. Dan, kami pun berpisah.
Sejak kejadian itu, aku pun belajar mengambil hikmah dari peristiwa itu. “Janganlah kita sesekali mencoba untuk naik sepeda motor tanpa sepengetahuan orang tua kita. Karena, karma pasti berlaku.”
Nah guys, gimana cerpen ku? Semoga, kalian nggak ada yang seperti ku ya...
Hehehehe...

2 komentar:

Unknown mengatakan...

gokil xD

Unknown mengatakan...

makasih

Posting Komentar